Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul

Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul - Hallo sahabat Jual Bibit Jagung Berkualias, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel agrina, Artikel Benih Jagung, Artikel benih Jagung Hibrida, Artikel benih jagung hibrida terbaik, Artikel benih jagung murah, Artikel benih jagung super hibrida, Artikel benih jagung terbaik, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul
link : Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul

Baca juga


Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul

Peningkatan produksi dan produktivitas jagung saat ini menjadi harga mati. Dimulai dengan pilih benih yang sesuai.
Bukan masanya lagi menanam jagung asalan dengan prinsip “yang penting panen”. Kebutuhan jagung untuk pakan yang kian meningkat, menuntut jagung untuk dijadikan tanaman utama. Cerdas dan cermat memilih benih jagung adalah sebuah keniscayaan. Limapuluh persen keberhasilan panen sudah di depan mata dengan menanam benih yang baik.
Pilihan benih jagung tidak akan terlepas dari tiga tipe benih, yaitu komposit, hibrida, dan transgenik yang hingga kini masih menjadi polemik. Menurut Bambang Budhianto, Direktur Benih, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), penggunaan benih hibrida dan komposit di tingkat petani saat ini cenderung seimbang. “Separuhnya sudah hibrida,” tuturnya. Dia menghitung, dari kebutuhan benih sekitar 80 ribu ton setiap musim tanam, porsi benih hibrida sekitar 30 ribu ton, dan sisanya sebanyak 50 ribu ton merupakan benih komposit.
Hibrida Diminati
Untuk mencapai peningkatan target produksi, penggunaan benih hibrida memang harus lebih digalakkan. Pasalnya, perbedaan produksi antara kedua jenis benih ini terbilang signifikan. Jika rata-rata produksi jagung komposit hanya 3-4 ton/ha, produksi jagung hibrida bisa mencapai 8-10 ton/ha, bahkan lebih di wilayah tertentu. Bambang menerangkan, sebagian wilayah tanam jagung yang memang ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan pakan, sebaiknya dialihkan seluruhnya menjadi jagung hibrida agar produksinya lebih banyak.
Menurut Ir. Abasa’ir, hasil tinggi memang menjadi daya tarik hibrida. “Rata-rata biaya produksi kalau di Jawa itu antara Rp4,5 juta – Rp5 juta/ha untuk perawatan yang sempurna. Jagung hibrida, minimal tanpa perawatan sempurna itu bisa sekitar 7,7 ton/ha. Padahal kalau dengan perawatan yang sempurna, bisa dapat 9 ton/ha,” hitung Direktur PT SrijayaInternasional, perusahaan produsen benih jagung hibrida baru yang berlokasi di Kediri, Jawa Timur ini.
Tidak mudah memang mengalihkan minat petani dari benih komposit ke hibrida. “Saat ini, hibrida yang ada lebih banyak dari jenis single cross atau silang tunggal. Jenis ini kalau budidayanya tidak pas, potensinya tidak akan muncul. Sedangkan dulu masih ada tipe double cross atau silang ganda yang kalau budidayanya kurang pas masih bisa berproduksi,” papar Bambang.
Tipe usaha petani juga menjadi penentu apakah benih komposit atau hibrida yang akan dipilih. Biasanya, petani yang menanam jagung sebagai tanaman utama akan memilih benih dengan potensi hasil lebih tinggi seperti benih hibrida. Sementara, tambah Bambang, petani yang hanya membudidayakannya sebagai tanaman kedua atau ketiga tidak mau repot-repot memilih benih hibrida. “Mereka ya nggak akan mau disuruh beli benih yang mahal-mahal,” tegas doktor bidang teknologi perbenihan dari Massey University, Selandia Baru, ini.
Kabar baiknya, seiring dengan meningkatnya pemahaman petani terhadap budidaya, pengguna benih hibrida semakin banyak. “Benih hibrida memang masuknya dulu cukup berat di kalangan petani, sekarang minatnya luar biasa. Bahkan sekarang hampir 90% tanaman jagung di Jawa itu hibrida murni,” ujar Abas.
Hibrida Unggulan
Dengan segala keunggulannya, berbagai varietas hibrida pun bermunculan. Selain perusahaan benih multinasional seperti PT BISI International atau PT DuPont Indonesia, perusahaan benih lokal juga mulai bermunculan. “Perusahaan benih yang kecil-kecil ini tumbuh besar sekali. Varietas yang kita gunakan biasanya dari Balitsereal (Balai Penelitian Serealia), Maros. Kita ingin hasil penelitian dari Balitsereal ini bisa dikembangkan di lini nusantara,” tutur Abas.
Dia mencontohkan, PT Srijaya Internasionalmengembangkan benih jagung hibrida BIMA 5, dan BIMA 14 dengan merek Bumisari 919 dan Premium 919. BIMA 14 diunggulkan karena umur panen yang pendek sekitar 95 hari, dan potensi hasil yang lebih dari 12 ton/ha. “Kalau BIMA 5 itu potensi hasilnya bisa di atas 13 ton/ha dengan umur panen 110 hari. Kedua varietas ini di NTB ada 4 kabupaten/kota, dan di NTT. Ini pasar yang paling besar,” paparnya.
Produktivitas tinggi memang menjadi unggulan, tetapi kedua varietas hibrida ini juga diklaim tahan bulai, penyakit yang paling ditakuti petani jagung. “Kami bahkan memberanikan diri, apabila terjadi bulai di petani, akan kami ganti benihnya,” tandas Abas
Pilihan Transgenik
Setelah hibrida sedikit demi sedikit menggantikan komposit dalam mencapai produksi tinggi, pada tahap selanjutnya benih hasil rekayasa genetika akan mengambil posisi. Berdasarkan data PG Economics Limited, sebuah lembaga konsultan internasional untuk agribisnis dan sumberdaya alam, selama 17 tahun sudah 15 juta petani di negara-negara berkembang yang telah merasakan keuntungan dari bioteknologi.
“Tanaman bioteknologi telah membantu petani baik di negara maju maupun berkembang untuk meningkatkan produktivitas sekaligus penghasilan mereka,” urai Graham Brooks, Direktur PG Economics Limited, dalam “International Workshop, Assesing the Global Impact of Crop Biotechnology in Improving the Environtmental and Economy”, di Bogor, Rabu(28/5) lalu.
Senada dengan Brooks, Dr. Arief Daryanto mengungkapkan, peningkatan produktivitas sudah pasti akan diraih petani. “Berdasarkan studi yang telah dilakukan IPB, dengan adopsi tanaman biotek jagung, petani kita dapat meningkatkan produksi hingga 14% dan peningkatan pendapatan sebanyak Rp2,45 juta per musim tanam,” cetus Direktur Program Pascasarjana Manajemen Bisnis, IPB ini pada kesempatan yang sama.
Kontribusi jagung bioteknologi yang sudah terbukti adalah mengurangi penggunaan pestisida serta mengurangi risiko gagal panen akibat hama penyakit sehingga mempengaruhi peningkatan produksi tanaman. Sayangnya, selama 8 tahun, izin penerapannya di Indonesia masih abu-abu. Padahal, melihat potensi yang ada, penerapan tanaman bioteknologi dapat menjawab tantangan peningkatan produksi dan produktivitas jagung nasional. “Sekarang ini KTNA sedang push the government (mendesak pemerintah) untuk segera menyetujui dan merilis benih bioteknologi untuk ditanam di lahan mereka. Karena mereka telah melihat keunggulannya,” tandas Arief. 
Sumber : Tabloid Agrina 


Demikianlah Artikel Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul

Sekianlah artikel Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul dengan alamat link https://jualbibitjagungbisi.blogspot.com/2014/06/benih-jagung-mengerek-produktivitas.html

0 Response to "Benih Jagung - Mengerek Produktivitas dengan Benih Unggul"

Post a Comment